Friday, October 9, 2015

Carita Punya Cerita

pagi di pantai Anyer

Jaraknya tidak terlalu jauh dari ibukota Jakarta, hanya sekitar 170 km, dengan akses yang sangat memadai yang merupakan salah satu wilayah baru hasil pemekaran provinsi Jawa Barat. Terletak cukup dekat dengan ibukota provinsi Banten, Serang, kawasan pantai Carita menjadi destinasi yang dari segala aspek sangat  terjangkau oleh masyarakat provinsi ini. Waktu tempuh dari Jakarta pada kondisi normal tanpa macet dari Jakarta menuju ke pantai Carita tidak lebih dari tiga jam. Keberadaan jalan tol Jakarta – Cilegon, atau hingga dua per tiga perjalanan, sangat memungkinkan kita melaju kendaraan dalam batas keamanan berkendara. Namun kemacetan yang diakibatkan oleh berbagai hal sering kali menjadi momok yang memicu stres saat perjalanan. Waktu perjalanan yang direncanakan tiba kurang dari empat jam tersebut bisa saja molor hingga tujuh jam lamanya. Kemacetan di jalan tol sering terjadi saat terjadi penumpukan kendaraan di pintu tol, atau saat terjadi kecelakaan lalu lintas. Sedangkan kemacetan di luar jalan tol biasanya terjadi di sekitar kawasan industri PT Krakatau Steel dan pelabuhan Merak. Pada waktu-waktu tertentu, antrian kendaraan besar yang keluar masuk perusahaan maupun pelabuhan sangat mungkin menutup jalan hingga berjam-jam. Kondisi seperti ini sangat lumrah terjadi dan tidak dapat dihindari mengingat kontribusi yang tidak kecil dari perusahaan dan pelabuhan tersebut terhadap pembangunan perekenomian wilayah ujung barat pulau Jawa ini. Dan bagi wisatawan yang akan berkunjung ke pantai Carita juga harus rela berbagi jalan dengan truk-truk besar tersebut sebelum menginjakkan kaki di pasir kecoklatan yang ada di sana.


Perjalanan dari Jakarta menuju Anyer - Carita dimulai dari sini

Sebenarnya keberadaan carita sudah bukan menjadi barang baru bagi pariwisata pantai di negeri yang merupakan salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di dunia ini. Pantai ini sudah dikenal sejak jaman dahulu karena terkenal akan keindahannya di beberapa lokasi. Namun jika dibandingkan dengan pantai-pantai di Indonesia timur, atau di Kepulauan Seribu sekalipun, sebenarnya pantai Carita tidaklah ada apa-apanya. Air yang relatif keruh, terutama pada musim gelombang bukanlah daya tarik yang menjanjikan bagi wisata pantai. Hampir tidak adanya terumbu karang dan ikan-ikan yang berwarna warni seperti yang disuguhkan di berbagai promosi wisata pantai di beberapa tempat di Indonesia Timur tidak dijumpai di sini. Bentang alamnya pun masih kalah menarik dibandingkan dengan beberapa lokasi di pantai selatan pulau Jawa. Sedangkan pasir pantainya yang bersih hanya dapat dinikmati dengan maksimal ketika bukan musim angin dan gelombang. Jika sudah memasuki musim angin dan gelombang tinggi, kondisi pantai tidak cocok sebagai tempat wisata dan tumpukan sampah membuatnya tidak sedap dipandang mata. Satu-satunya keunggulan pantai Carita pada dasarnya hanya bertumpu pada lokasinya yang mudah untuk mengaksesnya dari Jakarta.

Hotel di sekitaran Anyer - Carita
Walaupun dapat dikatakan minim potensi wisata, sejarah membuktikan bahwa pantai Carita memiliki kisah sukses di dunia pariwisata pada beberapa waktu yang telah lalu. Bukti yang paling mudah ditemukan adalah keberadaan penginapan, resort, hotel, bungalow, cottage, restoran dan fasilitas lain yang berorientasi bisnis pariwisata, baik milik pemerintah maupun swasta. Beberapa di antara fasilitas-fasilitas tersebut masih berdiri dengan tegak, namun sebagian lainnya telah tutup dan dibiarkan terbengkalai. Penurunan jumlah pengunjung yang berakibat pada kebangkrutan lah yang kemungkinan bertanggungjawab atas kondisi seperti ini. Semakin banyaknya pilihan destinasi wisata pantai yang jauh lebih bagus serta semakin mudah dan murahnya biaya perjalanan ke lokasi-lokasi lain tersebut turut melunturkan pamor pantai Carita. Kisah sukses bisnis pariwisata pantai Carita kian lama kian tenggelam oleh kisah-kisah lain di tempat baru, terutama di Indonesia timur. Keberadaan beberapa pantai selain Carita disekitar wilayah tersebut tetap tidak mampu membangkitkan kejayaan masa lampaunya.

Pantai Anyer yang berair keruh

Dari penelusuran di internet, ternyata dahulu pantai Anyer merupakan salah satu alternatif bagi wisatawan yang ingin menjajal kegiatan selancar air (surving). Kondisi fisik lantai perairan (sea floor) yang landai, tidak terlalu dalam, berpasir dan tidak berkarang serta memiliki ombak yang cukup untuk pemula kegiatan surfing menjadi faktor yang sangat penting. Kecuali pada musim tertentu dimana kondisi ombak dan angin yang terlalu besar yang menyulitkan para surfer pemula untuk menjaga keseimbangan di atas papan surfing. Kondisi yang cukup ideal ini di beberapa titik memang masih dimanfaatkan untuk melatih kemampuan bagi para surfer pemula. Terlihat beberapa penginapan menyediakan fasilitas surfing yang dapat dimanfaatkan oleh pengunjung. Selain surfing, banyak cara lain yang bisa dilakukan ketika mengunjungi wilayah Anyer – Carita. Bersama dengan keluarga dan teman kita dapat berenang di pantai, bermain pasir, snorkeling, diving, bermain jetski, bermain banana boat, berkeliling menyewa perahu nelayan, maupun jalan-jalan santai di sepanjang bibir pantai. Bahkan hanya sekedar bersantai di area pantai sembari bercengkrama menikmati suasana ditemani es kelapa muda. Atau, jika ingin tantangan dalam bentuk lain, kita bisa juga camping atau mengikuti outbound di area ini. Sebuah pengalaman wisata pantai yang seru tentunya! Tempat wisata pantai Anyer – Carita sesungguhnya tidak hanya terdiri pantai Anyer dan pantai Carita saja, tapi terdiri dari sejumlah pantai yang sudah tersohor dan beberapa pantai-pantai satelit di sekitarnya. Sebut saja pantai Karang Bolong dan pantai Tanjung Lesung yang menjadi kwartet yang pernah menjadi primadona Banten bersama pantai Anyer dan pantai Carita.

Pesona pantai Anyer
Pesona pantai Carita














Pantai bukan satu-satunya wisata di Anyer – Carita, tetapi masih ada alternatif lain yang dapat dijadikan sebagai objek yang masuk daftar tempat yang bisa dikunjungi. Salah satunya adalah mercu suar Anyer yang terletak di kecamatan Anyer. Bangunan yang menjulang tinggi ini sangat mencolok karena selain letaknya berada di tepi pantai juga berada di sisi jalan akses menuju kawasan wisata pantai Anyer – Carita. Mercu suar setinggi 75 meter dan terdiri dari 18 tangga serta lebih dari 280 anak tangga ini merupakan salah satu bangunan peninggalan Belanda yang sampai saat ini masih berdiri kokoh untuk dijadikan sebagai destinasi wisata sejarah. Selain itu, mercu suar yang dibuka untuk umum ini sering kali dimanfaatkan sebagai wahana untuk menikmati hamparan pasir putih yang tersapu ombak dan dipadukan oleh hijaunya perbukitan tanah Banten dengan cara lain, melihat dari sudut pandang mata elang.

Sebagian pantai berbatu karang
Keunggulan wisata pantai di provinsi Banten baru boleh dikatakan sempurna kalau disertai dengan kunjungan ke salah satu ikon provinsi, bahkan ikon nusantara. Iya, gunung Krakatau (atau Krakatoa) yang namanya sangat melegenda itu adalah salah satu pesona nusantara yang membuat negeri kita semakin dikenal di dunia pariwisata. Krakatau, letusannya telah menggemparkan dunia di akhir bulan Agustus 1883 diyakini bertanggung jawab sebagai salah satu penyebab perubahan iklim dunia waktu itu. Kehebatan letusan kala itu dipercaya terdengar gemuruhnya hingga hampir 5.000 km, konon bisa didengar oleh 1/8 penduduk bumi dan menyebabkan lebih dari 36.000 nyawa melayang, atau kekuatannya setara dengan sekitar 30.000 kali bom atom yang dijatuhkan oleh tentara sekutu di kota Nagasaki dan Hiroshima pada Perang Dunia II. Korban jiwa yang ditimbulkan bukan  lah disebabkan oleh letusan langsung tapi lebih dikarenakan oleh efek sekunder, terutama gelombang tsunami yang menghantam pulau Jawa bagian barat dan Sumatra bagian selatan, serta mungkin oleh penyakit saluran pernapasan. Dengan kata lain, bentang alam Anyer – Carita yang terbentuk saat ini merupakan bentukan yang sudah terpengaruh oleh efek sekunder dari letusan gunung Krakatau. Walaupun jika dilihat dari jumlah korban jiwa yang ‘hanya’ sejumlah itu, namun dengan jumlah itu sudah terlampau banyak mengingat populasi manusia di jaman itu memang tidak sebanyak sekarang ini. Jika letusan sedahsyat itu terjadi di jaman sekarang, bukan tidak mungkin jumlah korban jiwa akan jutaan. Tidak mengherankan jika terjadi perubahan iklim global, dengan melihat fakta bahwa semburan debu vulkanik dari Krakatau menutup langit selama kurun waktu yang tidak sebentar dan tersebar hingga Eropa bahkan Amerika. Tercatat, letusan Krakatau tersebut merupakan salah satu erupsi gunung terdahsyat ketiga di Indonesia setelah Toba dan Tambora. Namun, Krakatau lah yang sampai kini merupakan letusan terbesar di dunia yang terekam oleh sejarah. Krakatau menjadi terkenal bukan saja karena kedahsyatan letusannya saja, tetapi efek domino yang ditimbulkan setelah itu selain jaman kegelapan dan penurunan suhu bumi. Sejarah kelam yang ditimbulkan Krakatau kian dramatis karena aktivitas vulkanisnya dituduh sebagai biang kehancuran beberapa peradaban besar seperti Persia, Romawi (berubah menjadi Byzantium), Arab bagian selatan, Maya, Tikal dan Nazca.

Vegetasi pioner khas pantai
Cerita tentang aktivitas vulkanik gunung Krakatau bukan hanya sebatas peristiwa maha dashyat yang mengguncang dunia kala itu saja, tapi tetap berlangsung hingga saat ini. Gunung Krakatau masih aktif, mengalami perubahan bentuk dan ukuran, serta beberapa kali mengalami letusan. Beberapa sumber menyebutkan peningkatan aktivitas vulkalik Krakatau terjadi pada tahun 1530, 1680-81, 1684, 1883, 1927-30, 1931-32, 1932-34, 1935, 1936, 1937, 1938-40, 1941, 1942, 1943, 1944, 1945, 1946, 1946-47, 1949, 1950, 1952, 1953, 1955, 1958-59, 1959-63, 1965, 1969, 1972-73, 1975, 1978, 1979, 1980, 1981, 1988, 1992-93, 1994-95, 1996, 1997, 1999, 2000, 2001, 2008-08, 2009-10, 2011, 2012 dan 2014. Kini beberapa pulau kecil telah tumbuh di areal bekas gunung Krakatau, salah satunya adalah Anak Krakatau, yang oleh masyarakat disebut sebagai Krakatau. Sebenarnya Anak Krakatau lebih tepat disebut sebagai cucu dari gunung Krakatau karena pasca letusan tahun 1883 Krakatau kembali meletus pada tahun 1927. Anak Krakatau sudah kokoh menjulang di kaldera bekas Krakatau purba dan diperkirakan oleh para ahli geologi bahwa generasi kedua Krakatau tersebut sewaktu-waktu akan kembali meletus. Prediksi dari sebagian ahli bahkan mengatakan bahwa letusan gunung Anak Krakatau akan meletus pada tahun 2015. Hitung-hitungan itu didasarkan pada selisih antara letusan tahun 1883 dan tahun 1927, 88 tahun. Maka jika dihitung ke depan sejauh 88 tahun setelah tahun 1927 akan ketemu angka tahun 2015. Walaupun demikian, sebagian ahli geologi sendiri pun tidak semuanya meyakini hitung-hitungan tersebut.

Balai-balai yang dibangun sebagai fasilitas bagi pengunjung yang disediakan perorangan maupun perusahaan

Anak Krakatau kini telah menjadi destinasi yang banyak dikunjungi, baik untuk alasan wisata, penelitian, maupun lainnya. Suksesi telah dan masih berlangsung, dibuktikan dengan laporan penelitian ilmiah dan catatan perjalanan wisata mengenai keberadaan vegetasi yang tumbuh di Anak Krakatau hingga ketinggian tertentu. Kisah suksesi di daratan Anak Krakatau juga didukung oleh laporan suksesi di bawah laut di sekitarnya. Perubahan alam dari ada kemudian hancur dan hilang oleh erupsi maha dahsyat dan kemudian muncul kembali inilah bagian yang paling menarik saat ini yang menjadi daya tarik Krakatau. Sejarah dan keberadaannya saat ini yang begitu menarik membuat semua kawasan bekas Krakatau purba mendapatkan status dilindungi dan berada di bawah pengawasan Balai Konservasi Sumber Daya Alam. Dengan kata lain, seperti kawasan lindung lain, kita sudah seharusnya memiliki ijin jika ingin memasuki kawasan tersebut dengan tujuan apapun itu. Memasuki kawasan Krakatau selain dari Banten bisa juga dilakukan dari Lampung dengan memanfaatkan jasa trip organizer. Trip organizer yang berada di Banten biasanya sudah memiliki paket-paket tertentu yang melibatkan Anak Krakatau selain menawarkan paket wisata pantai di seputaran Anyer – Carita.

Kelapa sebagai pelengkap panorama pantai
Tidak lengkap rasanya berwisata ke suatu tempat jika tidak membahas tentang kekayaan kuliner dari lokasi yang kita kunjungi tersebut. Seperti halnya tempat wisata pantai yang lainnya, makanan yang sering dibicarakan oleh pengunjung ketika datang ke Anyer – Carita adalah jenis-jenis makanan yang berasal dari laut atau seafood. Memang, keberadaan warung dan rumah makan seafood cukup mudah ditemukan di sepanjang pesisir antara Anyer dan Carita. Di penginapan-penginapan pun juga menyediakan menu seafood bagi para tamu yang menginginkannya. Akan tetapi, yang sangat disayangkan adalah harga yang sering kali tidak wajar, terutama saat musim angin dan gelombang dimana jumlah tangkapan dari laut sangat terbatas. Bahkan, nama Anyer dan Carita beberapa waktu yang lalu sempat tercoreng oleh karena ulah dari beberapa oknum pengelola rumah makan yang ada di sana. Salah satu kasus yang bikin geger media sosial adalah kasus pemalakan yang diceritakan oleh pengunjung rumah makan yang memberikan harga yang sangat tidak wajar. Jika di daerah lain dengan menu yang sama paling-paling seharga kurang dari Rp. 300.000, yang dialami oleh wisatawan tersebut harus membayar di atas sejuta. Walaupun memang tidak ada kesepakatan terlebih dahulu dengan menanyakan harga sebelum memesan makanan, tapi memang sangat masuk akal jika wisatawan tersebut marah dan jengkel dibuatnya.

Masyarakat hidup di sekitar perusahaan besar
Ceritanya, seorang pengguna Facebook mengunggah sebuah bon pembayaran makanan yang diakuinya berada di sebuah rumah makan sederhana di Anyer. Di bon tersebut tertulis ada tujuh item makanan dan minuman yang telah dipesan namun setelah melihat harga setiap makanan memang layaknya harga hotel bintang lima. Sebagian besar orang yang menanggapi postingan tersebut berkomentar pedas atas kejadian tersebut, namun beberapa meragukan kebenarannya karena ttiak ada keterangan nama rumah makan yang dimaksud. Namun, postingan itu langsung mendapatkan banyak respon, belum lama setelah foto tersebut di unggah, sudah di-share oleh hampir tiga ribu orang. Beberapa orang yang menyangsikan keabsahan tersebut berpendapat bahwa postingan tersebut hanya upaya dari orang yang berusaha membuat buruk citra Anyer – Carita saja. Walaupun demikian, kasus serupa sebenarnya banyak terjadi di daerah lain, dan yang menjadi sasaran korbannya terutama adalah pengunjung dari luar daerah. Modusnya adalah tidak menyebutkan harga dari setiap menu makanan yang disediakan.

Lain pengunjung lain pula pengalaman mengenai kenakalan yang dilakukan oleh oknum rumah makan di kawasan Anyer – Carita. Pengunjung lain menceritakan bahwa tidak jarang terjadi kasus penipuan dengan cara menukar ikan laut yang pesan dengan ikan lain dengan kualitas yang lebih rendah. Pengunjung rumah makan memilih ikan yang masih mentah untuk kemudian dimasak setelah terjadi kesepakatan harga dan jenis masakannya. Setelah dihidangkan, ternyata ikan yang sudah masak tersebut bukan ikan yang telah dipilih sebelumnya, alias sudah diganti dengan ikan yang lain yang lebih jelek. Atau, jika kasusnya adalah cumi-cumi, maka tidak semua cumi-cumi yang dipotong-potong tersebut dihidangkan ke pembeli padahal sudah dibayar. Jika kasus-kasus yang disebutkan tadi memang benar, betapa ini menjadi dilema yang sangat naif. Di saat berbagai pihak berusaha membangkitkan kembali dunia pariwisata Anyer – Carita yang daya tariknya menurun drastis, di lain pihak jutru ada oknum yang membuat wisatawan enggan untuk datang. Entah, akan menjadi seperti apa dunia pariwisata pantai Anyer – Carita di masa yang akan datang. Apakah akan menjadi pulih kembali seperti beberapa waktu yang telah berlalu, atau semakin tenggelam oleh munculnya destinasi-destinasi baru lain yang lebih mempesona. Cerita apa lagi yang akan muncul dari Anyer – Carita di masa yang akan datang. Semua masih merupakan misteri yang sulit untuk diterka, sesulit memprediksi kapan waktunya Anak Krakatau kembali meletus.

Durian yang merupakan hasil pertanian sekitar Banten, atau didatangkan dari Lampung

Kedatanganku ke sekitar Anyer – Carita sebenarnya bukan untuk berwisata, melainkan menjadi panitia sekaligus asisten pembimbing sebuang workshop/training yang sifatnya scientific banget. Untuk menghindari kesan resmi dan kolot, aku berinisiatif untuk menambahkan menu vacation pada itinerary yang aku susun sebagai agenda pribadi. Jadilah akhirnya aku mencatat dan memotret beberapa item yang sama sekali tidak ada kaitannya sama workshop tersebut. Bahkan tidak jarang imajinasiku tertuju pada kisah trasis tentang kerja paksa yang memakan korban nyawa yang tidak terhitung jumlahnya dalam rangka pembangunan Jalan Raya Pos atau yang juga dikenal sebagai Jalan Raya Daendels yang menghubungkan antara Anyer di ujung barat sampai Panarukan di ujung timur pulau Jawa. Sebuah proyek besar yang digagas oleh Gubernur Jendral Hindia-Belanda, Herman Willem Daendels, yang berkuasa pada tahun 1808-1811. Kebetulan saat pergi ke Anyer waktu itu aku baru menyelesaikan membaca buku karangan Pramoedya Ananta Toer yang berjudul Jalan Raya Pos, Jalan Daendels. Betapapun menyisakan kisah tragis tentang kerja paksa, di sisi lain kita patut berterima kasih karena dengan adanya jalan yang membentang sepanjang pantura tersebut pada akhirnya dapat dinikmati manfaatnya hingga kini. Tidak hanya sampai disitu, khayalanku juga mengembara membayangkan kisah dari salah satu founding father kita yang sempat menghabiskan sebagian kisah hidupnya di daerah ini. Tan Malaka, sang pencetus Republik Indonesia, yang menyamar menjadi seorang karyawan di perusahaan Jepang yang benama Bajah Kozan yang dalam statusnya sebagai pejuang mendesak Soekarno-Hatta untuk segeram memproklamasikan kemerdekaan. Kebetulan juga waktu itu aku sedang membaca buku karangan Tan Malaka yang berjudul Dari Penjara ke Penjara serta buku lainnya yang berjudul Madilog. Aku belum tau persis apakah yang dimaksud oleh Tan Malaka sebagai Bajah Kozan tidak lain adalah PT Krakatau Steel yang berdiri megah di jalanan sekitar Cilegon itu atau yang lainnya. Yang jelas, keberadaan perusahaan baja terbesar di negeri ini tersebut sangat berperan dalam pembangunan ekonomi masyarakat banten dan sekitarnya, termasuk salah satunya pembangunan di sektor pariwisata.

Sehabis berpanas-panasan di pantai, melewati berbagai aktivitas bersama deburan ombak dan pasir kecoklatan, menikmati sajian kuliner dengan menu utama seafood dan kelapa muda, melewati pengembaraan imajinasi yang melibatkan dua penulis sejarah yang berkaitan dengan Anyer – Carita. Jika kebetulan musimnya, saat perjalanan pulang ketika sebelum masuk tol kita akan menjumpai deretan penjaja durian. Lengkap sudah cerita tentang wisata ke Anyer – Carita. Pulang ke Jakarta dengan kesan yang beraneka macam, tergantung dari sudut pandang mana kita melihat dan menyampaikan kembali pengalaman kita.

Kapal sebagai fasilitas wisata
Kapal nelayan dan kapal wisata


Salah satu sisi pantai Anyer saat surut yang sering dijadikan sebagai obyek wisata pantai


Jakarta, 14 Januari 2015



*catatan seorang pejalan

No comments:

Post a Comment