pagi di pantai Anyer |
Jaraknya tidak terlalu jauh dari ibukota
Jakarta, hanya sekitar 170 km, dengan akses yang sangat memadai yang merupakan
salah satu wilayah baru hasil pemekaran provinsi Jawa Barat. Terletak cukup
dekat dengan ibukota provinsi Banten, Serang, kawasan pantai Carita menjadi
destinasi yang dari segala aspek sangat
terjangkau oleh masyarakat provinsi ini. Waktu tempuh dari Jakarta pada
kondisi normal tanpa macet dari Jakarta menuju ke pantai Carita tidak lebih
dari tiga jam. Keberadaan jalan tol Jakarta – Cilegon, atau hingga dua per tiga
perjalanan, sangat memungkinkan kita melaju kendaraan dalam batas keamanan
berkendara. Namun kemacetan yang diakibatkan oleh berbagai hal sering kali
menjadi momok yang memicu stres saat perjalanan. Waktu perjalanan yang
direncanakan tiba kurang dari empat jam tersebut bisa saja molor hingga tujuh jam
lamanya. Kemacetan di jalan tol sering terjadi saat terjadi penumpukan
kendaraan di pintu tol, atau saat terjadi kecelakaan lalu lintas. Sedangkan
kemacetan di luar jalan tol biasanya terjadi di sekitar kawasan industri PT
Krakatau Steel dan pelabuhan Merak. Pada waktu-waktu tertentu, antrian
kendaraan besar yang keluar masuk perusahaan maupun pelabuhan sangat mungkin
menutup jalan hingga berjam-jam. Kondisi seperti ini sangat lumrah terjadi dan
tidak dapat dihindari mengingat kontribusi yang tidak kecil dari perusahaan dan
pelabuhan tersebut terhadap pembangunan perekenomian wilayah ujung barat pulau
Jawa ini. Dan bagi wisatawan yang akan berkunjung ke pantai Carita juga harus
rela berbagi jalan dengan truk-truk besar tersebut sebelum menginjakkan kaki di
pasir kecoklatan yang ada di sana.
Perjalanan dari Jakarta menuju Anyer - Carita dimulai dari sini |
Sebenarnya keberadaan carita sudah bukan
menjadi barang baru bagi pariwisata pantai di negeri yang merupakan salah satu
negara dengan garis pantai terpanjang di dunia ini. Pantai ini sudah dikenal
sejak jaman dahulu karena terkenal akan keindahannya di beberapa lokasi. Namun
jika dibandingkan dengan pantai-pantai di Indonesia timur, atau di Kepulauan
Seribu sekalipun, sebenarnya pantai Carita tidaklah ada apa-apanya. Air yang
relatif keruh, terutama pada musim gelombang bukanlah daya tarik yang
menjanjikan bagi wisata pantai. Hampir tidak adanya terumbu karang dan
ikan-ikan yang berwarna warni seperti yang disuguhkan di berbagai promosi
wisata pantai di beberapa tempat di Indonesia Timur tidak dijumpai di sini.
Bentang alamnya pun masih kalah menarik dibandingkan dengan beberapa lokasi di
pantai selatan pulau Jawa. Sedangkan pasir pantainya yang bersih hanya dapat
dinikmati dengan maksimal ketika bukan musim angin dan gelombang. Jika sudah
memasuki musim angin dan gelombang tinggi, kondisi pantai tidak cocok sebagai
tempat wisata dan tumpukan sampah membuatnya tidak sedap dipandang mata.
Satu-satunya keunggulan pantai Carita pada dasarnya hanya bertumpu pada
lokasinya yang mudah untuk mengaksesnya dari Jakarta.
Hotel di sekitaran Anyer - Carita |
Walaupun dapat dikatakan minim potensi wisata,
sejarah membuktikan bahwa pantai Carita memiliki kisah sukses di dunia
pariwisata pada beberapa waktu yang telah lalu. Bukti yang paling mudah
ditemukan adalah keberadaan penginapan, resort, hotel, bungalow, cottage, restoran
dan fasilitas lain yang berorientasi bisnis pariwisata, baik milik pemerintah
maupun swasta. Beberapa di antara fasilitas-fasilitas tersebut masih berdiri dengan
tegak, namun sebagian lainnya telah tutup dan dibiarkan terbengkalai. Penurunan
jumlah pengunjung yang berakibat pada kebangkrutan lah yang kemungkinan
bertanggungjawab atas kondisi seperti ini. Semakin banyaknya pilihan destinasi
wisata pantai yang jauh lebih bagus serta semakin mudah dan murahnya biaya
perjalanan ke lokasi-lokasi lain tersebut turut melunturkan pamor pantai
Carita. Kisah sukses bisnis pariwisata pantai Carita kian lama kian tenggelam
oleh kisah-kisah lain di tempat baru, terutama di Indonesia timur. Keberadaan
beberapa pantai selain Carita disekitar wilayah tersebut tetap tidak mampu
membangkitkan kejayaan masa lampaunya.
Pantai Anyer yang berair keruh |
Dari penelusuran di internet, ternyata dahulu pantai Anyer merupakan salah satu alternatif bagi wisatawan yang ingin menjajal kegiatan selancar air (surving). Kondisi fisik lantai perairan (sea floor) yang landai, tidak terlalu dalam, berpasir dan tidak berkarang serta memiliki ombak yang cukup untuk pemula kegiatan surfing menjadi faktor yang sangat penting. Kecuali pada musim tertentu dimana kondisi ombak dan angin yang terlalu besar yang menyulitkan para surfer pemula untuk menjaga keseimbangan di atas papan surfing. Kondisi yang cukup ideal ini di beberapa titik memang masih dimanfaatkan untuk melatih kemampuan bagi para surfer pemula. Terlihat beberapa penginapan menyediakan fasilitas surfing yang dapat dimanfaatkan oleh pengunjung. Selain surfing, banyak cara lain yang bisa dilakukan ketika mengunjungi wilayah Anyer – Carita. Bersama dengan keluarga dan teman kita dapat berenang di pantai, bermain pasir, snorkeling, diving, bermain jetski, bermain banana boat, berkeliling menyewa perahu nelayan, maupun jalan-jalan santai di sepanjang bibir pantai. Bahkan hanya sekedar bersantai di area pantai sembari bercengkrama menikmati suasana ditemani es kelapa muda. Atau, jika ingin tantangan dalam bentuk lain, kita bisa juga camping atau mengikuti outbound di area ini. Sebuah pengalaman wisata pantai yang seru tentunya! Tempat wisata pantai Anyer – Carita sesungguhnya tidak hanya terdiri pantai Anyer dan pantai Carita saja, tapi terdiri dari sejumlah pantai yang sudah tersohor dan beberapa pantai-pantai satelit di sekitarnya. Sebut saja pantai Karang Bolong dan pantai Tanjung Lesung yang menjadi kwartet yang pernah menjadi primadona Banten bersama pantai Anyer dan pantai Carita.
Pesona pantai Anyer |
Pesona pantai Carita |
Pantai bukan satu-satunya wisata di Anyer – Carita, tetapi masih ada alternatif lain yang dapat dijadikan sebagai objek yang masuk daftar tempat yang bisa dikunjungi. Salah satunya adalah mercu suar Anyer yang terletak di kecamatan Anyer. Bangunan yang menjulang tinggi ini sangat mencolok karena selain letaknya berada di tepi pantai juga berada di sisi jalan akses menuju kawasan wisata pantai Anyer – Carita. Mercu suar setinggi 75 meter dan terdiri dari 18 tangga serta lebih dari 280 anak tangga ini merupakan salah satu bangunan peninggalan Belanda yang sampai saat ini masih berdiri kokoh untuk dijadikan sebagai destinasi wisata sejarah. Selain itu, mercu suar yang dibuka untuk umum ini sering kali dimanfaatkan sebagai wahana untuk menikmati hamparan pasir putih yang tersapu ombak dan dipadukan oleh hijaunya perbukitan tanah Banten dengan cara lain, melihat dari sudut pandang mata elang.
Sebagian pantai berbatu karang |
Keunggulan wisata pantai di provinsi Banten
baru boleh dikatakan sempurna kalau disertai dengan kunjungan ke salah satu
ikon provinsi, bahkan ikon nusantara. Iya, gunung Krakatau (atau Krakatoa) yang
namanya sangat melegenda itu adalah salah satu pesona nusantara yang membuat
negeri kita semakin dikenal di dunia pariwisata. Krakatau, letusannya telah
menggemparkan dunia di akhir bulan Agustus 1883 diyakini bertanggung jawab
sebagai salah satu penyebab perubahan iklim dunia waktu itu. Kehebatan letusan
kala itu dipercaya terdengar gemuruhnya hingga hampir 5.000 km, konon bisa didengar
oleh 1/8 penduduk bumi dan menyebabkan lebih dari 36.000 nyawa melayang, atau
kekuatannya setara dengan sekitar 30.000 kali bom atom yang dijatuhkan oleh
tentara sekutu di kota Nagasaki dan Hiroshima pada Perang Dunia II. Korban jiwa
yang ditimbulkan bukan lah disebabkan
oleh letusan langsung tapi lebih dikarenakan oleh efek sekunder, terutama
gelombang tsunami yang menghantam pulau Jawa bagian barat dan Sumatra bagian
selatan, serta mungkin oleh penyakit saluran pernapasan. Dengan kata lain,
bentang alam Anyer – Carita yang terbentuk saat ini merupakan bentukan yang
sudah terpengaruh oleh efek sekunder dari letusan gunung Krakatau. Walaupun
jika dilihat dari jumlah korban jiwa yang ‘hanya’ sejumlah itu, namun dengan
jumlah itu sudah terlampau banyak mengingat populasi manusia di jaman itu
memang tidak sebanyak sekarang ini. Jika letusan sedahsyat itu terjadi di jaman
sekarang, bukan tidak mungkin jumlah korban jiwa akan jutaan. Tidak
mengherankan jika terjadi perubahan iklim global, dengan melihat fakta bahwa
semburan debu vulkanik dari Krakatau menutup langit selama kurun waktu yang
tidak sebentar dan tersebar hingga Eropa bahkan Amerika. Tercatat, letusan
Krakatau tersebut merupakan salah satu erupsi gunung terdahsyat ketiga di
Indonesia setelah Toba dan Tambora. Namun, Krakatau lah yang sampai kini
merupakan letusan terbesar di dunia yang terekam oleh sejarah. Krakatau menjadi
terkenal bukan saja karena kedahsyatan letusannya saja, tetapi efek domino yang
ditimbulkan setelah itu selain jaman kegelapan dan penurunan suhu bumi. Sejarah
kelam yang ditimbulkan Krakatau kian dramatis karena aktivitas vulkanisnya
dituduh sebagai biang kehancuran beberapa peradaban besar seperti Persia,
Romawi (berubah menjadi Byzantium), Arab bagian selatan, Maya, Tikal dan Nazca.
Vegetasi pioner khas pantai |
Cerita tentang aktivitas vulkanik gunung
Krakatau bukan hanya sebatas peristiwa maha dashyat yang mengguncang dunia kala
itu saja, tapi tetap berlangsung hingga saat ini. Gunung Krakatau masih aktif,
mengalami perubahan bentuk dan ukuran, serta beberapa kali mengalami letusan. Beberapa
sumber menyebutkan peningkatan aktivitas vulkalik Krakatau terjadi pada tahun
1530, 1680-81, 1684, 1883, 1927-30, 1931-32, 1932-34, 1935, 1936, 1937,
1938-40, 1941, 1942, 1943, 1944, 1945, 1946, 1946-47, 1949, 1950, 1952, 1953,
1955, 1958-59, 1959-63, 1965, 1969, 1972-73, 1975, 1978, 1979, 1980, 1981,
1988, 1992-93, 1994-95, 1996, 1997, 1999, 2000, 2001, 2008-08, 2009-10, 2011,
2012 dan 2014. Kini beberapa pulau kecil telah tumbuh di areal bekas gunung
Krakatau, salah satunya adalah Anak Krakatau, yang oleh masyarakat disebut
sebagai Krakatau. Sebenarnya Anak Krakatau lebih tepat disebut sebagai cucu
dari gunung Krakatau karena pasca letusan tahun 1883 Krakatau kembali meletus
pada tahun 1927. Anak Krakatau sudah kokoh menjulang di kaldera bekas Krakatau
purba dan diperkirakan oleh para ahli geologi bahwa generasi kedua Krakatau
tersebut sewaktu-waktu akan kembali meletus. Prediksi dari sebagian ahli bahkan
mengatakan bahwa letusan gunung Anak Krakatau akan meletus pada tahun 2015.
Hitung-hitungan itu didasarkan pada selisih antara letusan tahun 1883 dan tahun
1927, 88 tahun. Maka jika dihitung ke depan sejauh 88 tahun setelah tahun 1927
akan ketemu angka tahun 2015. Walaupun demikian, sebagian ahli geologi sendiri
pun tidak semuanya meyakini hitung-hitungan tersebut.
Balai-balai yang dibangun sebagai fasilitas bagi pengunjung yang disediakan perorangan maupun perusahaan |
Anak Krakatau kini telah menjadi destinasi
yang banyak dikunjungi, baik untuk alasan wisata, penelitian, maupun lainnya.
Suksesi telah dan masih berlangsung, dibuktikan dengan laporan penelitian
ilmiah dan catatan perjalanan wisata mengenai keberadaan vegetasi yang tumbuh
di Anak Krakatau hingga ketinggian tertentu. Kisah suksesi di daratan Anak
Krakatau juga didukung oleh laporan suksesi di bawah laut di sekitarnya.
Perubahan alam dari ada kemudian hancur dan hilang oleh erupsi maha dahsyat dan
kemudian muncul kembali inilah bagian yang paling menarik saat ini yang menjadi
daya tarik Krakatau. Sejarah dan keberadaannya saat ini yang begitu menarik
membuat semua kawasan bekas Krakatau purba mendapatkan status dilindungi dan
berada di bawah pengawasan Balai Konservasi Sumber Daya Alam. Dengan kata lain,
seperti kawasan lindung lain, kita sudah seharusnya memiliki ijin jika ingin
memasuki kawasan tersebut dengan tujuan apapun itu. Memasuki kawasan Krakatau
selain dari Banten bisa juga dilakukan dari Lampung dengan memanfaatkan jasa
trip organizer. Trip organizer yang berada di Banten biasanya sudah memiliki
paket-paket tertentu yang melibatkan Anak Krakatau selain menawarkan paket wisata
pantai di seputaran Anyer – Carita.
Kelapa sebagai pelengkap panorama pantai |
Tidak lengkap rasanya berwisata ke suatu
tempat jika tidak membahas tentang kekayaan kuliner dari lokasi yang kita
kunjungi tersebut. Seperti halnya tempat wisata pantai yang lainnya, makanan
yang sering dibicarakan oleh pengunjung ketika datang ke Anyer – Carita adalah
jenis-jenis makanan yang berasal dari laut atau seafood. Memang, keberadaan
warung dan rumah makan seafood cukup mudah ditemukan di sepanjang pesisir
antara Anyer dan Carita. Di penginapan-penginapan pun juga menyediakan menu
seafood bagi para tamu yang menginginkannya. Akan tetapi, yang sangat
disayangkan adalah harga yang sering kali tidak wajar, terutama saat musim
angin dan gelombang dimana jumlah tangkapan dari laut sangat terbatas. Bahkan,
nama Anyer dan Carita beberapa waktu yang lalu sempat tercoreng oleh karena
ulah dari beberapa oknum pengelola rumah makan yang ada di sana. Salah satu
kasus yang bikin geger media sosial adalah kasus pemalakan yang diceritakan
oleh pengunjung rumah makan yang memberikan harga yang sangat tidak wajar. Jika
di daerah lain dengan menu yang sama paling-paling seharga kurang dari Rp.
300.000, yang dialami oleh wisatawan tersebut harus membayar di atas sejuta.
Walaupun memang tidak ada kesepakatan terlebih dahulu dengan menanyakan harga
sebelum memesan makanan, tapi memang sangat masuk akal jika wisatawan tersebut
marah dan jengkel dibuatnya.
Masyarakat hidup di sekitar perusahaan besar |
Ceritanya, seorang pengguna Facebook mengunggah sebuah bon pembayaran makanan yang diakuinya berada di sebuah rumah makan sederhana di Anyer. Di bon tersebut tertulis ada tujuh item makanan dan minuman yang telah dipesan namun setelah melihat harga setiap makanan memang layaknya harga hotel bintang lima. Sebagian besar orang yang menanggapi postingan tersebut berkomentar pedas atas kejadian tersebut, namun beberapa meragukan kebenarannya karena ttiak ada keterangan nama rumah makan yang dimaksud. Namun, postingan itu langsung mendapatkan banyak respon, belum lama setelah foto tersebut di unggah, sudah di-share oleh hampir tiga ribu orang. Beberapa orang yang menyangsikan keabsahan tersebut berpendapat bahwa postingan tersebut hanya upaya dari orang yang berusaha membuat buruk citra Anyer – Carita saja. Walaupun demikian, kasus serupa sebenarnya banyak terjadi di daerah lain, dan yang menjadi sasaran korbannya terutama adalah pengunjung dari luar daerah. Modusnya adalah tidak menyebutkan harga dari setiap menu makanan yang disediakan.
Lain pengunjung lain pula pengalaman mengenai
kenakalan yang dilakukan oleh oknum rumah makan di kawasan Anyer – Carita.
Pengunjung lain menceritakan bahwa tidak jarang terjadi kasus penipuan dengan
cara menukar ikan laut yang pesan dengan ikan lain dengan kualitas yang lebih
rendah. Pengunjung rumah makan memilih ikan yang masih mentah untuk kemudian
dimasak setelah terjadi kesepakatan harga dan jenis masakannya. Setelah
dihidangkan, ternyata ikan yang sudah masak tersebut bukan ikan yang telah
dipilih sebelumnya, alias sudah diganti dengan ikan yang lain yang lebih jelek.
Atau, jika kasusnya adalah cumi-cumi, maka tidak semua cumi-cumi yang
dipotong-potong tersebut dihidangkan ke pembeli padahal sudah dibayar. Jika kasus-kasus yang disebutkan tadi memang benar,
betapa ini menjadi dilema yang sangat naif. Di saat berbagai pihak berusaha
membangkitkan kembali dunia pariwisata Anyer – Carita yang daya tariknya
menurun drastis, di lain pihak jutru ada oknum yang membuat wisatawan enggan
untuk datang. Entah, akan menjadi seperti apa dunia pariwisata pantai Anyer –
Carita di masa yang akan datang. Apakah akan menjadi pulih kembali seperti
beberapa waktu yang telah berlalu, atau semakin tenggelam oleh munculnya
destinasi-destinasi baru lain yang lebih mempesona. Cerita apa lagi yang akan
muncul dari Anyer – Carita di masa yang akan datang. Semua masih merupakan
misteri yang sulit untuk diterka, sesulit memprediksi kapan waktunya Anak
Krakatau kembali meletus.
Durian yang merupakan hasil pertanian sekitar Banten, atau didatangkan dari Lampung |
Kedatanganku ke
sekitar Anyer – Carita sebenarnya bukan untuk berwisata, melainkan menjadi
panitia sekaligus asisten pembimbing sebuang workshop/training yang sifatnya
scientific banget. Untuk menghindari kesan resmi dan kolot, aku berinisiatif
untuk menambahkan menu vacation pada itinerary yang aku susun sebagai agenda
pribadi. Jadilah akhirnya aku mencatat dan memotret beberapa item yang sama
sekali tidak ada kaitannya sama workshop tersebut. Bahkan tidak jarang
imajinasiku tertuju pada kisah trasis tentang kerja paksa yang memakan korban
nyawa yang tidak terhitung jumlahnya dalam rangka pembangunan Jalan Raya Pos
atau yang juga dikenal sebagai Jalan Raya Daendels yang menghubungkan antara
Anyer di ujung barat sampai Panarukan di ujung timur pulau Jawa. Sebuah proyek
besar yang digagas oleh Gubernur Jendral Hindia-Belanda, Herman Willem
Daendels, yang berkuasa pada tahun 1808-1811. Kebetulan saat pergi ke Anyer
waktu itu aku baru menyelesaikan membaca buku karangan Pramoedya Ananta Toer
yang berjudul Jalan Raya Pos, Jalan Daendels. Betapapun menyisakan kisah tragis
tentang kerja paksa, di sisi lain kita patut berterima kasih karena dengan
adanya jalan yang membentang sepanjang pantura tersebut pada akhirnya dapat
dinikmati manfaatnya hingga kini. Tidak hanya sampai
disitu, khayalanku juga mengembara membayangkan kisah dari salah satu founding
father kita yang sempat menghabiskan sebagian kisah hidupnya di daerah ini. Tan
Malaka, sang pencetus Republik Indonesia, yang menyamar menjadi seorang karyawan
di perusahaan Jepang yang benama Bajah Kozan yang dalam statusnya sebagai
pejuang mendesak Soekarno-Hatta untuk segeram memproklamasikan kemerdekaan.
Kebetulan juga waktu itu aku sedang membaca buku karangan Tan Malaka yang
berjudul Dari Penjara ke Penjara serta buku lainnya yang berjudul Madilog. Aku belum
tau persis apakah yang dimaksud oleh Tan Malaka sebagai Bajah Kozan tidak lain
adalah PT Krakatau Steel yang berdiri megah di jalanan sekitar Cilegon itu atau
yang lainnya. Yang jelas, keberadaan perusahaan baja terbesar di negeri ini
tersebut sangat berperan dalam pembangunan ekonomi masyarakat banten dan
sekitarnya, termasuk salah satunya pembangunan di sektor pariwisata.
Sehabis berpanas-panasan
di pantai, melewati berbagai aktivitas bersama deburan ombak dan pasir
kecoklatan, menikmati sajian kuliner dengan menu utama seafood dan kelapa muda,
melewati pengembaraan imajinasi yang melibatkan dua penulis sejarah yang
berkaitan dengan Anyer – Carita. Jika kebetulan musimnya, saat perjalanan
pulang ketika sebelum masuk tol kita akan menjumpai deretan penjaja durian. Lengkap
sudah cerita tentang wisata ke Anyer – Carita. Pulang ke Jakarta dengan kesan
yang beraneka macam, tergantung dari sudut pandang mana kita melihat dan
menyampaikan kembali pengalaman kita.
Jakarta, 14 Januari 2015
*catatan seorang pejalan
No comments:
Post a Comment