 |
Senja dari balik jendela |
Sebuah tembang lawas mengalun santai waktu
aku masuk ke dalam sebuah mobil angkutan kota. Potret angkutan kota di sini
tidak seperti yang biasanya aku jumpai di tempat lain yang pernah aku datangi.
Di sini, angkutan kota (biasa disebut taksi) adalah mobil-mobil pribadi dengan
berbagai tipe yang disulap menjadi plat kuning, untuk angkutan umum. Sekilas
kesan yang aku tangkap, semakin bagus mobilnya maka akan semakin menjadi
prioritas pilihan bagi calon penumpang, dan sebaliknya. Di manakah ini??? Jawabannya adalah Kaimana. Benar, salah satu kota kabupaten di wilayah propinsi
Papua Barat. Aku sedang mengikuti sebuah ekspedisi dengan total 46 hari, yang
sebagian besar dilakukan di perairan Kaimana. Nah, kira-kira lagu lawas model apa yang
aku dengarkan yang aku maksudkan tadi?? ‘Senja di Kaimana’ judulnya, lupa nama penyanyinya.
Rupa-rupanya, walaupun lagu itu sudah tergolong jadul tetap menjadi kebanggaan
penduduk Kabupaten Kaimana, mungkin juga Papua secara umum.
 |
Pemandangan di salah satu sudut di pusat kota Kaimana |
 |
Public area di pusat kota Kaimana |
Ngomong-ngomong soal lagu ‘Senja di Kaimana’,
aku dan beberapa orang anggota tim ekspedisi pada beberapa kesempatan mencoba menyanyikan
lagu tersebut, namun yang terjadi malah terbawa ke syair lagu ‘Senja di Batas
Kota’. Sama-sama jadul siih tapi kan beda penyanyi, beda lirik, mungkin juga beda makna syairnya. Spontan kami langsung terbahak, karena kesalahan salah satu orang
akhirnya membawa semua yang ada di situ larut dalam kesalahan. Akan tetapi
akhirnya dibuat suasana sengaja salah, menyanyikan lagu ‘Senja di Kaimana’
dengan syair lagu ‘Senja di Batas Kota’. Lalu apa kaitannya antara Kaimana
dengan Batas Kota? Kayaknya memang tidak ada, walaupun keduanya sama-sama ingin
menggambarkan betapa indahnya senja di dua lokasi tersebut. Atau jangan-jangan nantinya akan muncul lagu dengan judul 'Senja di Batas Kota Kaimana'. Apapun itu, paling tidak si
pembuat lagu ingin berbagi pengalaman yang berkesan baginya di dua tempat
tersebut, walaupun mungkin bukan pengalaman yang menyenangkan.
 |
Aktivitas di pelabuhan peti kemas di Kaimana |
Bukan tentang lagu sebenarnya yang ingin
aku tuliskan, tetapi tentang sebuah kota kecil namun dengan wilayah kabupaten
yang cukup besar, Kaimana. Aku juga tidak ingin membicarakan soal demografi,
pendapatan per kapita, suasana politik, atau tema apapun yang berat-berat. Aku
hanya ingin menulis sebatas apa yang aku lihat, dan sedikit mengomentari sesuai
porsi yang aku bisa. Yang jelas, Kaimana itu sebuah kota kabupaten yang kondisi
kotanya kalau di Jawa mungkin setingkat kecamatan. Kota Kaimana memanjang di
sepanjang pantai, dengan latar belakang perbukitan kapur (karst) yang oleh masyarakat setempat lebih dikenal dengan
sebutan lengguru. Kota ini sebenarnya tidak terlalu terisolir, karena untuk
terhubung dengan dunia luar tersedia sebuah bandara dan sebuah pelabuhan.
Walaupun kecil, bandara yang terdapat di tepi pantai pinggiran kota ini
melayani penerbangan hampir setiap hari, walaupun pesawat kecil. Namun demikian
terkoneksi dengan beberapa kota penting di wilayah Indonesia timur, seperti
Ambon, Sorong, Fak-fak, Manokwari, Jayapura dan Merauke. Artinya bahwa akses
menuju dunia luar bagi penduduk kota Kaimana sangat terbuka sesuai jadwal
penerbangan. Alternatif lainnya adalah dengan kapal laut, yang juga dapat
membuka akses ke kota-kota penting tersebut. Pelabuhan laut terletak di pusat
kota yang merupakan sendi utama perekonomian, karena hampir semua barang
didatangkan dari luar daerah, termasuk sebagian besar jenis buah dan sayur mayur. Kondisi
jalan darat antar kota memang tidak memadai untuk dapat menghubungkan dengan kota-kota
lainnya, namun untuk kondisi jalan di
dalam kota bisa dikatakan sudah cukup baik walaupun kecil.
 |
Model bangunan yang khas peninggalan zaman kolonial |
Kota Kaimana memiliki arsitektur yang
identik dengan beberapa kota lain di Maluku, tipikal bangunan model penjajah
kolonial Belanda. Bangunan-bangunan tersebut masih dipertahankan terutama di
pusat kota, umumnya difungsikan sebagai pertokoan. Uniknya, rata-rata toko
tutup antara jam 1 siang sampe jam 4 sore. Praktis di siang hari geliat perekonomian nyaris lumpuh, dan akan terasa hidup kembali menjelang malam. Sedangkan untuk hari minggu hampir semua toko besar dan warung makan tutup. Hari minggu
merupakan hari ibadah karena mayoritas penduduk beragama Kristen. Akibatnya, sangat sulit bagi pendatang dan wisatawan mencari tempat makan siang di hari
minggu. Warung baru mulai buka di atas jam 4 sore, dimana rata-rata penjualnya adalah imigran dari Jawa. Kondisi seperti ini
mengingatkanku saat awal-awal aku datang ke kota Bitung (Sulawesi Utara). Tapi
kini kondisi di Bitung sudah jauh berubah, sudah banyak warung dan restoran yang buka
di hari minggu, dan swalayan buka setiap hari dari jam 9 pagi hingga jam 10
malam.
Sebagian penduduk Kaimana memiliki mata
pencaharian sebagai nelayan penangkap ikan dan hasil laut lainnya. Ikan
merupakan lauk yang umumnya lebih diminati daripada daging bagi sebagian besar
masyarakat Indonesia timur. Bagaimana tidak, harga daging sapi ataupun ayam relatif
mahal, sedangkan harga ikan sangat murah dan mudah didapatkan. Hanya bermodal
peralatan pancing seadanya pun sudah bisa mendapatkan lauk yang lebih dari
cukup untuk keluarga setiap harinya. Harga seporsi makan dengan lauk ikan di
warung jauh lebih murah dibandingkan dengan harga seporsi makan dengan lauk
ayam goreng. Demikian halnya dengan harga seporsi makan dengan lauk daging
sapi, kalaupun ada dijamin mahal. Hampir mustahil menemukan warung sate kambing di kota Kaimana. Aku
beberapa kali mencoba datang ke pasar karena rasa penasaran dengan keberadaan
daging sapi atau kambing. Ternyata memang benar, tidak ada yang menjual daging
sapi, hanya ada ikan, ikan dan ikan. Ikan yang kalau hari sudah siang dijual
dengan harga yang sangat murah, bahkan tidak jarang dibuang di tepi sungai yang
berada di pinggir pasar jika hari menjelang sore dan ikan masih belum laku.
 |
Penjagalan rusa di salah satu sudut pasar di Kaimana |
Masih penasaran dengan daging sapi dan
kambing, aku mencoba menanyakan ke salah satu penjual cumi-cumi. Si bapak
bilang tidak ada, dan sebagai alternatif dia bilang jika ingin menikmati daging
adalah membeli daging rusa. Rusa awalnya merupakan sumber daging yang diburu
langsung dari hutan, namun lambat laun menjadi hewan piaraan layaknya sapi atau
kambing kalau di Jawa. Cukup aneh sebenarnya mengetahui keberadaan rusa di Papua. Secara alami, seharusnya sebaran rusa tidak sampai ke pulau ini. Telisik punya telisik, ternyata rusa didatangkan dari Jawa pada masa penjajahan dulu. Bukan cuma di Papua tetapi juga ke beberapa pulau atau negara di kawasan Oseania. Keberadaan rusa di alam bisa dikatakan sudah over populasi karena ketiadaan pemangsa seperti harimau. Imbasnya bagi masyarakat Kaimana, rusa sudah benar-benar menggantikan
sapi dan kambing. Sebagai buktinya adalah bakso, kalau di tempat lain umumnya memakai daging
sapi (atau babi), sedangkan di Kaimana diganti dengan daging rusa. Aku tidak berkesempatan
mengunjungi peternakan rusa, tapi waktu main ke pasar sempat ngobrol dengan
seorang penjagal rusa yang habis menggorok beberapa ekor rusa pagi itu. Di
pasar yang tidak terlalu besar itu, setidaknya ada tiga grup penjagal rusa yang
sibuk memotong-motong rusa yang telah dikuliti. Dari hasil obrolan singkat itu,
akhirnya aku tahu bahwa masing-masing grup penjagal minimal menggorok sepuluh
ekor rusa setiap harinya, dan jika mendekati lebaran atau natal lebih banyak lagi.
 |
Pinang dan sirih, komoditas berharga bagi masyarakat |
Seperti halnya masyarakat lokal lain di wilayah Papua dan Maluku, sebagian masyarakat di Kaimana juga memiliki kebudayaan mengkonsumsi pinang dan sirih. Tidak hanya laki-laki tetapi juga perempuan, bukan cuma orang tua tetapi juga anak-anak, mereka sudah belajar mengunyah pinang muda. Aku mendapati ketika berada di sebuah dermaga di kampung kecil yang cukup jauh dari kota, sekelompok anak kecil sedang asik menikmati pinang muda. Konon kabarnya dengan mengunyah pinang muda secara teratur manfaatnya sangat bagus bagi kesehatan gigi. Aku pernah punya keinginan untuk mencobanya, tapi terpaksa mengurungkan niatku. Satu yang aku tidak suka adalah mereka menginggalkan warna merah sebagai hasil mengunyah pinang dan sirih yang diludahkan di sembarang tempat. Sama halnya dengan orang merokok di tempat umum, aku sangat tidak suka. Mereka bagiku adalah orang yang paling egois. Memang, mereka mendapatkan kesenangan dari merokok dan/atau mengunyah pinang dan sirih, tapi asap dan noda merah itu sangat mengganggu orang lain yang tidak melakukannya. Tapi apa boleh buat jika yang mereka lakukan sudah menjadi semacam tradisi dan kebutuhan pokok yang tidak mungkin dapat dirubah dalam waktu singkat.
 |
Penyulingan minyak atsiri |
Satu lagi yang yang mulai terkenal dari
kota Kaimana adalah minyak lawang. Waktu ada kesempatan pertama kali untuk ke
kota di malam hari, pas kebetulan saat itu sedang berlangsung sebuah hajatan
tahunan bagi warga Kaimana, Festival Senja. Lumayan ramai suasananya untuk
ukuran kota sekecil itu, mungkin karena jarang sekali ada hiburan rakyat. Bukan
itu inti dari yang aku maksud, tapi tentang minyak lawang. Di salah satu stan
aku menjumpai seorang bapak dengan beberapa orang asisten sedang menawarkan
sesuatu ke pengunjung. Aku penasaran dan mencoba bertanya-tanya, apa sebenarnya
cairan dalam botol yang ditawarkan bapak tadi. Ternyata adalah minyak lawang
dan beberapa jenis minyak atsiri lainnya (minyak buah merah, minyak buah pala,
minyak cengkeh, dan lainnya). Tapi aku langsung balik kanan begitu dikasih
harga, benar-benar mahal, untuk ukuran botol 100 ml saja harganya seratus ribu
rupiah. Lagi pula aku berpikir buat apa aku beli. Di hari lain salah seorang
teman satu rombongan beli minya serupa dari toko, dan ternyata harganya lebih
mahal. Aku jadi penasaran, mencari informasi tempat penyulingan minyak lawang
tersebut. Bersama sopir akhirnya aku ketemu dengan bapak yang membuka stan di
pameran beberapa hari kemudian. Aku sempatkan ngobrol banyak dengan penyuling
minyak tadi sebelum membeli produknya, juga berkeliling melihat-lihat fasilitas
penyulingan dan hasilnya. Ternyata bapak yang oleh orang disekitarnya dipanggil
bapak tua tersebut adalah satu-satunya penyuling minyak atsiri di Kaimana. Dari
hasil usaha skala rumah tangga ini, bapak ini sudah berhasil menyekolahkan
ketiga anaknya hingga sarjana, salah satunya lulusan salah satu universitas di
Bandung dan kini menjadi pengajar. Selanjutnya, si bapak sedang mengusahakan
ijin dan merek dagang dari dinas terkait untuk usahanya, sambil merencanakan
pengembangan usaha menjadi lebih besar dan layak. Yang lebih mengejutkan lagi,
ternyata minyak atsiri yang diproduksinya sudah diekspor ke beberapa negara,
walaupun masih melalui biro di Jakarta dan Surabaya.
 |
Beberapa produk hasil penyulingan minyak atsiri secara tradisional |
 |
Bahan baku untuk penyulingan minya atsiri |
 |
Jamur, biasanya tumbuh di limbah kayu lawang
|
 |
Instalasi tambang minyak bumi |
Kaimana juga sudah sejak jaman kolonial
Belanda sebagai salah satu daerah tambang minyak bumi. Sepeninggalan perusahaan
minyak bumi asal negeri Belanda, ada beberapa perusahaan pertambangan minyak
bumi internasional yang sedang dan pernah beroperasi di wilayah Kaimana.
Informasi yang tidak sengaja aku dapatkan dari penduduk lokal bahwa orang asing
datang dan pergi melakukan penelitian dan peninjauan yang ujung-ujungnya untuk
keperluan perusahaan pertambangan. Karena itulah ketika aku beserta rombongan
ekspedisi datang ke wilayah kota Kaimana, beberapa orang penduduk langsung
mengira bahwa kami bekerja untuk perusahaan pertambangan minyak. Padahal
kenyataannya tidak demikian, walaupun salah satu sponsor dalam kegiatan ini
juga merupakan perusahaan pertambangan. Di sekitar pusat kota, saat ini sangat
mudah menjumpai kawasan perusahaan pertambangan minyak bumi milik pemerintah,
dengan instalasinya yang mencolok. Terlihat juga hilir mudik kapal tanker yang
beroperasi di wilayah perairan Kaimana.
Dibalik segala potensi tambang yang
dimiliki oleh kabupaten Kaimana, beruntung pemimpin yang mereka miliki
mempunyai wawasan dan pola piker yang positif terhadap lingkungan. Bupati
Kaimana dikenal sebagai pribagi yang getol mempertahankan kekayaan dan sumber
daya alam yang ada di kabupaten ini, walaupun dengan iming-iming dan
intimidasi. Tidak sedikit tawaran kepada bupati untuk pembukaan lahan di
kawasan hutan Kaimana bagi kegiatan pertambangan dan perkebunan, termasuk
beberapa perusahaan perkebunan kelapa sawit dari luar negeri. Sedangkan
perusahaan pertambangan minyak bumi yang beroperasi di wilayah Kaimana saat ini
tidak melakukan kegiatan penambangan di daratan melainkan lepas pantai. Kesan
yang timbul saat aku mempresentasikan hasil penelitian di wilayah perairan
Kaimana memang seperti itu. Ketika aku dan tim menyodorkan rekomendasi untuk
pengembangan sektor pariwisata, sang bupati menegaskan persetujuannya tetapi
berupa green tourism. Usut punya usut, ternyata latar belakang bupati yang berasal
dari LSM lah yang membuatnya paham terhadap isu lingkungan. Lain halnya dengan
kesan yang aku tangkap dari anggota dewan badan legislatif. Sepintas yang ada
di otakku adalah mereka hanyalah sekelompok orang kaya yang dengan hartanya
dapat menduduki posisi di DPRD. Mereka hanyalah mengerti tentang bagaimana
berpenampilan semenarik mungkin dengan aneka perhiasan yang mereka pakai, sama
sekali tidak mengerti hal-hal yang bersifat ilmiah. Sepanjang acara presentasi,
mereka yang duduk di belakangku kerjanya hanya ngobrol sendiri dengan sesama
mereka.
 |
Salah satu karst terbesar di dunia yang menarik perhatian ilmuwan dunia ada di Kaimana |
Tidak
lengkap rasanya kalau tidak membicarakan tentang senja. Sama sekali tidak
berlebihan bila dikatakan bahwa Kaimana adalah negeri berjuta senja. Dari sudut
pandang manapun menikmatinya, senja di Kaimana memang sungguh dahsyat.
Kombinasi yang hangat di antara suasana pantai dengan lautnya yang tenang dan panorama
perbukitan kapur dengan hutannya yang mempesona. Topografi wilayah yang
berbukit-bukit dengan pantainya dengan banyak teluk merupakan kombinasi yang
apik. Keindahan senja saat berada di pulau-pulau kecil juga luar biasa, sebuah
potensi wisata bahari yang besar mengingat Kaimana juga memiliki cukup banyak
pulau kecil. Tidak salah jika lagu ‘Senja di Kaimana’ memang sangat populer dan
legendaris, karena memang senja di Kaimana sangat elok buat dinikmati.
Kaimana, 24112014, 09:41am
*catatan
seorang pejalan
Why casinos are rigged - Hertzaman - The Herald
ReplyDeleteIn the UK, casino games are rigged and poormansguidetocasinogambling.com there is evidence of 1xbet korean fraud, crime or disorder or https://vannienailor4166blog.blogspot.com/ an individual's involvement. There are also apr casino many herzamanindir